"Anda boleh marah dengan keadaan anda yang buruk tapi jangan sampai merusak tubuh karena anda akan sangat menyesal ketika keadaan anda membaik" "Hidup ini berputar bagai roda, ada saatnya anda tersenyum dan ada saatnya anda mengkerutkan dahi, cobalah untuk mendapatkan pelajaran berharga di setiap kondisi anda" "Tersenyumlah di setiap pertemuan karena senyum mengikat batin yang memandangnya" "Minta maaflah ketika anda salah agar tali silaturahmi tetap terjalin baik" "Cobalah untuk berdo'a ketika anda dalam kesulitan karena do'a menghubungkan anda dengan sang pencipta agar anda selalu dalam lindungan dan pertolongannya" "Marahlah semarah marahnya tapi anda harus tahu orang di hadapan anda juga punya perasaan"You are very concerned with your life, welcome to the blog circumference of human energy, the material on this blog may be beneficial to your life. "you may be angry with your bad situation but not to damage the body because you will be very sorry when the state you better "" Life is like a spinning wheel, there are times when you smile and there are times when you constrict the forehead, try to get a valuable lesson in every condition you "" Smile at each meeting for the inner tie smile looking at her "" Apologize when you're wrong order ties remain intertwined good "" Try to pray when you are in trouble because of prayer connects you with the creator so that you are always in the shadow and his help "" Be angry angry angry but you have to know the person in front of you also have a feeling "

Senin, 26 Agustus 2013

Guru Pemalas

Jadilah guru yang menjadi teladan bagi anak-anak
Hari ini, saya mengajar anak-anak sejak jam pertama hingga jam ke enam. Lumayan capek. Namun, saya berusaha tampil maksimal agar anak-anak tetap bersemangat mengikuti pelajaran saya. Alhamdulillah, saya dapat menyelesaikan kewajiban itu dengan baik.
Namun, saya sempat dibuat emosi. Perasaan ingin marah itu muncul karena suara gaduh dari kelas sebelah. Saya mendengar: doorr…!!!. Suara itu saya abaikan. Saya melanjutkan pengajaran. Tiba-tiba, saya dikejutkan dengan suara yang lebih keras. Maka, saya  pun segera menuju ke kelas sebelah. Ternyata, para siswa sedang mencatat tugas. Sekretaris kelas sedang menulis tugas di papan tulis untuk disalin oleh siswa yang lain.
Begitu melihat saya tampak di depan kelas dengan pandangan mata tajam, kelas itu hening. Lalu, saya pun bertanya dengan nada keras, “Siapa yang membuat suara gaduh tadi?”
Semua siswa langsung menjawab sambil menunjuk seorang siswa, “si Fulan, Pak!”
Saya pun menghampiri anak itu. Setelah dekat, saya pun berujar dengan nada keras, “Memang kamu sudah pintar sehingga membuat gaduh dan mengganggu teman-temanmu?”
Anak itu terdiam. Kelas itu terdiam. Keheningan kelas itu benar-benar tercipta. Lalu, saya memandang siswa ke seluruh kelas. Sambil membalikkan badan, saya bertanya, “Ini jam siapa?”
Sontak siswa bagian depan menjawab, “Pak X, Pak!”
Dan saya pun dibuat kaget dan terhenyak. Bukankah guru itu ada? Bukankah guru itu asyik merokok di ruang guru? Bukankah guru itu baru saja mendapat tunjangan sertifikasi? Sungguh guru yang sangat malas.
Jika ada anak nakal, setiap guru selalu menyalahkan siswa. Anak-anak selalu menjadi korban kekerasan lahir dan batin. Namun, guru selalu mendapat pujian jika anak mendapat prestasi. Mana ini yang benar?
Rerata guru justru menjadi pemalas karena kekenyangan menikmati tunjangan sertifikasi. Memang mereka jarang mendapat uang banyak. Maklum, gaji mereka sudah habis karena berhutang ke bank. Jadi, mereka tidak dapat menikmati gaji selama puluhan tahun sebagai PNS.
Namun, haruskah anak-anak itu menjadi korban? Bukankah anak-anak itu menjadi amanat guru untuk dididik? Lalu, kemanakah nurani sebagai guru? Masihkah mereka dapat dianggap sebagai guru? Sungguh guru pemalas!
Saya sering mendapat keluhan anak-anak. Beberapa guru masih menggunakan metode lama dalam mengajar: ceramah. Sebuah metode yang selalu membuat para siswa mengantuk. Dan para guru itu cuek-cuek saja menghadapi situasi anaknya. Jika kondisi itu bertahan dan dipertahankan, mampukah kualitas pendidikan kita meningkat? Sepertinya keajaiban saja yang mampu menjawabnya.
Ketika mengajar, rerata guru masih mengandalkan LKS (Lembar Kerja Siswa). Paraguru enggan menggunakan buku paket. Memang buku paket itu harus dijabarkan oleh kemampuan guru. Buku paket masih berisi materi umum yang perlu dijelaskan guru dengan kompetensi yang dimilikinya. Karena dianggap sebagai beban, para guru pun enggan menggunakannya. Para guru lebih menyukai LKS daripada buku paket.
Sebuah kondisi yang teramat sangat memilukan. Jika dianalogikan, buku paket itu adalah nasi dan LKS itu adalah sayur. Apakah Anda kenyang makan sayur tanpa nasi? Makan nasi akan terasa nikmati jika ada sayur. Jadi, utamakan makanan pokok dan tambahkan suplemen agar menjadi santapan yang semakin lezat. Bukankah demikian?
Wahai para guru, marilah kita berintrospeksi. Anda sudah mendapat tunjangan profesi yang luar biasa banyaknya. Didiklah anak-anak dengan keteladanan. Kembangkanlah potensi anak agar mereka menjadi generasi yang tangguh. Jika Anda ikhlas menjalankan amanat sebagai guru, yakinlah bahwa Anda akan dimuliakan mereka yang pernah Anda cerdaskan. Yakinlah itu. Anak-anak pasti akan mencatat jasa baik Anda di hati mereka. Jika Anda ikhlas mendidik mereka, Tuhan pun akan memuliakan Anda di sisi-Nya. Ok? Majulah guru Indonesia…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar